Jumat, 09 Desember 2011

Safety Riding and Don't ThinkYour Children Life is a Game!

Safety riding bukan lagi hanya masalah perkotaan, di desa pun, kampanye safety riding sangat diperlukan. Kenapa? di desa yg notabene jumlah polantas tidak seberapa. Pengendara motor bisa dengan seenaknya menggunakan kendaraannya tanpa keamanan yg memadai. Salah satunya adalah membiarkan anak - anak mereka menggunakan kendaraan bermotor sebelum waktunya.

Tidak perlu contoh terlalu jauh, di SMP depan rumah, hampir semua siswa membawa kendaraan sendiri - sendiri. Padahal usia mereka jauh dibawah standar boleh membawa kendaraan pribadi. Dan mereka [ para siswa ] merasa Bangga bila membawa kendaraan sendiri. Sok - sokan 'jemping' dan kebut- kebutan karena ingin dianggap 'gaul' oleh teman-temannya.

Kecelakaan? hampir setiap hari terjadi di depan gerbang sekolah. Setiap jam pulang sekolah, selalu ada yg bertabrakan, bersenggolan antar motor sesama siswa, tak jarang bertabrakan dengan pengendara yg kebetulan melintas.

Bisakah dibayangkan bila terjadi hal yg lebih mengerikan daripada sekedar "Patah Tulang" ? pernahkah orang tua mereka mengantisipasi hal yg paling buruk yg bisa terjadi kepada anak mereka? siswa - siswa yg bahkan peraturan lalu lintas saja tidak tahu? SIM tidak punya? Sedangkan kendaraan umum banyak yg melintas?

"Aduh, saya gak punya waktu mengantar mbak.. nanti terlambat"
 -- Kendaraan umum untuk anak sekolah sudah banyak yg beroperasi mulai pagi buta, hanya perlu bangun sedikit lebih pagi agar tidak terlambat sekolah

"Kalo bawa motor sendiri lebih irit daripada naik angkot"
-- apakah nyawa anak Bapak / Ibu lebih murah daripada ongkos angkot? Jika hanya terjadi kecelakaan yg berujung luka? jika korbannya nyawa?

Saya ngeri, ketika mengetahui dengan mata kepala saya sendiri, seorang siswa keluar gerbang sekolah tanpa menoleh kanan kiri, langsung tancap gas memotong jalan dan menyebabkan pengendara dari arah berlawanan menabrak pagar sekolah karena menghindari siswa tersebut. Dan siswa itu melarikan diri! See.. bahkan rasa tanggung jawab saja belum ada ketika kelakuan mereka menyebabkan menyebabkan orang lain terluka..

Salah satu solusinya adalah menyediakan kendaraan khusus siswa sekolah, baik bus maupun kendaraan2 kecil semacam angkot khusus sekolah yg punya "halte" di beberapa titik tertentu.
Selain itu, memberikan pengarahan kepada Orang Tua dan guru sekolah yang bersangkutan. Agar kedua pihak tidak memberikan fasilitas kepada anak. Akan percuma bila sekolah melarang, orang tua mengijinkan, dan sebaliknya.

Teman2 ada yg punya uneg2 sama dengan saya? mari, kita bisa meminimalisir kejadian seperti cerita di atas dengan mengawalinya dari rumah masing - masing. Jangan sampai ada korban lain yg berjatuhan


Tidak ada komentar: